Ternyata, ketangguhan hanya dapat dilihat tatkala seseorang
mengarungi medan
ujian. Semakin berat medan
ujian, semakin terlihat pula ketangguhannya. Kita akan salut kepada seorang ibu
yang mati-matian mendidik anak-anaknya di tengah kesulitan ekonomi yang
menghimpit. Kita akan salut kepada pasukan yang berani mati di medan perang, walau musuh yang dihadapi
jumlahnya jauh lebih banyak. Kita pun
akan salut kepada satu bangsa yang walau tidak punya sumber daya alam, tapi
mereka bisa bangkit dan maju. Intinya, kita akan salut kepada mereka yang
memiliki ketangguhan dalam hidup.
Pertanyaannya, apakah kita termasuk manusia
yang tangguh atau rapuh? Masalahnya, di balik orang yang tangguh, ada banyak
orang yang rapuh. Dihadapkan dengan sedikit kesusahan mereka goyah dan
mengeluh. Dihadapkan dengan masalah yang menghadang dia putus asa. Dihadapkan
dengan ketidakenakan dia tersinggung, lalu marah. Bahkan, dengan masalah sepele
saja mereka akan menyerah. Lihatlah, hanya karena tidak bisa mengerjakan PR, ia
membanting pintu dan menyobek kertas. Hanya karena tidak bisa memasang peniti,
susah masuk, ia marah-marah dan membanting peniti tersebut. Hanya karena putus
cinta, ia bunuh diri. Atau hanya karena tidak disapa tetangga, ia sakit hati.
Karena itu, mulai sekarang kita harus
memiliki keberanian untuk mengevaluasi diri, apakah diri kita bermental tangguh
atau sebaliknya bermental rapuh? Kalau kita sudah lebih mengenal diri, kita
harus memiliki program untuk membangun ketangguhan diri.
Beberapa hari lalu saya menonton acara
televisi tentang kontes ketahanan fisik, untuk memilih manusia 'terkuat' di
dunia dari segi fisik. Mereka harus berlari puluhan kilometer, menaiki bukit,
berenang, mengayuh sepeda, mengarungi kubangan lumpur, dan lainnya. Dalam perlombaan
tersebut, terlihat ada orang yang semangatnya kuat, tapi fisiknya lemah. Ada
yang semangatnya lemah, tapi fisiknya kuat. Ada yang fisik dan semangatnya
lemah. Tapi ada pula yang semangat dan fisiknya
sama-sama kuat. Yang terakhir inilah yang kemudian keluar sebagai pemenang.
Ternyata, ketangguhan hanya dapat dilihat tatkala seseorang mengarungi medan
ujian. Semakin berat medan ujian, semakin terlihat pula ketangguhannya.
Analogi dengan kenyataan tersebut, hidup
hakikatnya adalah medan kesulitan sekaligus medan ujian. Separuh dari hidup
kita adalah medan ujian yang berat. Yang akan keluar sebagai pemenang hanyalah
mereka yang tangguh, yang mampu melewati setiap kesulitan dengan baik. Dalam
Alquran, Allah SWT berjanji akan membahagiakan orang-orang yang sabar dan
tangguh dalam mengarungi kesulitan hidup. Dan sampaikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar. Yaitu mereka yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: 'Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah, dan kepada-Nya
kami akan kembali' (QS Al-Baqarah [2]: 155-156).
Ketangguhan yang hakiki bagi seorang Muslim
tidak dilihat dari fisiknya (walau ini penting), tapi dilihat dari seberapa
kuat keimananya. Manusia paling tangguh adalah manusia yang paling kuat
imannya. Boleh jadi tubuh kita lemah, rapuh, bahkan lumpuh, tapi kalau ia
memiliki ketangguhan iman, maka kelemahan fisik akan tertutupi.
Orang yang memiliki kekuatan iman, salah satu
ciri khasnya adalah tangguh menghadapi cobaan hidup. Dalam praktiknya, ia
memiliki lima rumus. Pertama, ia yakin bahwa kesulitan adalah episode yang
harus dijalani. Ia akan menghadapinya sepenuh hati, tidak ada kamus mundur atau
menghindar. Kedua, ia yakin bahwa setiap kesulitan sudah diukur oleh Allah,
sehingga takarannya pasti sesuai dengan kapasitas manusia. Ketiga, ia yakin bahwa ada banyak hikmah di balik
kesulitan. Keempat, ia yakin bahwa setiap ujian pasti ada ujungnya. Dan
terakhir, ia yakin bahwa setiap kesulitan yang disikapi dengan cara terbaik
akan mengangkat derajatnya di hadapan Allah (juga manusia). Pasti ada sesuatu
yang besar di balik kesulitan yang menghadang. Semakin berat ujian, semakin
luar biasa pula ganjaran yang akan diterima.
Karena itu, sesulit apapun keadaan bangsa
kita, sesulit apapun keadaan keluarga dan diri kita, pilihan terbaik hanya
satu: 'Kita harus menjadi manusia tangguh.' Jangan putus asa atau menyerah.
Bergeraklah terus karena segala sesuatu ada ujungnya. Tidak mungkin kesulitan
akan terus menerus mendera kita. Bukankah di balik setiap kesulitan ada dua
kemudahan? Wallahu a'lam bish-shawab.
No comments:
Post a Comment